Translate

Saturday, October 3, 2020

RANGKAIAN SERI DAN PARALEL

 

                   RANGKAIAN SERI                                            RANGKAIAN PARALEL
            

        Rangkaian seri merupakan rangkaian listrik yang disusun secara berderet atau berurutan antara komponen - komponennya. Ciri rangkaian ini adalah disusun secara berderet/berurutan, kuat arus listrik tiap bagiannya sama, namun tegangannya berbeda-beda.
        Rangkaian paralel merupakan sebuah rangkaian aliran arus listrik yang disusun secara sejajar atau mempunyai cabang didalam sebuah rangkaian tersebut. Ciri-ciri rangkaian paralel, yaitu: disusun secara bersusun atau bercabang, dan arus listrik dari rangkaian ini besarnya berbeda tiap resistor.
Tiap komponen terhubung dengan kutub positif dan negatif dari sumber listrik. Jadi, semua komponen mendapat tegangan sama dan hambatan total bernilai lebih kecil dari hambatan tiap komponen listriknya.

Kelebihan dan Kekurangan Rangkaian Seri dan Paralel
Perbedaan pada rangkaian seri dan paralel di keunggulan dan kelemahan dari rangkaian tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Keunggulan Rangkaian Seri dan Paralel
a. Keunggulan Rangkaian Seri
Rangkaian seri akan memakai lebih sedikit komponen dari pada di rangkaian paralel.
Mempunyai kemampuan deteksi lebih cepat kalo terjadi kerusakan.
Mempunyai kuat arus listrik yang mengalir adalah sama dan lebih hemat listrik.

b. Keunggulan Rangkaian Paralel
Kalo satu hambatan berpengaruh gak akan membuat masalah di hambatan yang lain.
Mempunyai energi potensial yang sama pada setiap titik rangkaian.
Kalo dipakai pada pemasangan bohlam dalam rangkaian, maka nyala bohlam gak berbeda antara yang terdekat sampai yang terjauh dari sumber tegangan.

2. Kelemahan Rangkaian Seri dan Paralel
a. Kelemahan Rangkaian Seri
Mempunyai energi potensial yang beda, jadi kalo dipakai pada rangkaian bohlam memberikan nyala yang gak sama.
Bohlam terjauh dari sumber tegangan mempunyai nyala yang lebih redup. Karena, mempunyai satu sumber listrik 
maka kalo salah satu komponen mati menyebabkan seluruh komponen juga mati.

b. Kelemahan Rangkaian Paralel
Lebih boros listrik dan pemakaian komponen penyusun.
Mempunyai kuat arus yang berbeda di antara satu titik dengan titik yang lain.

Perbedaan Rangkaian Seri dan Paralel pada Bentuk Rangkaian
Perbedaan bentuk dari rangkaian seri dan rangkaian paralel ada pada bentuk rangkaian. Bentuk rangkaian dari kedua rangkaian ini juga akan menentukan dari komponen penyusunnya.

1. Perbedaan Susunan Rangkaian
Bentuk dari susunan rangkaian seri dan paralel akan sangat jelas terlihat dalam sekali pandang. Hal ini ditandai dengan bentuk rangkaian lurus atau bercabang yang ada pada rangkaian.
a. Susunan Rangkaian Seri Terlihat Sederhana
Susunan seri gak mempunyai cabang rangkaian. Aliran listrik dari sumber tegangan (semisal baterai) akan menuju pada hambatan dengan satu kabel.
Jadi, cuma ada satu kabel yang menghubungkan hambatan listrik secara lurus berjajar.
b. Rangkaian Paralel Lebih Terlihat Kompleks
Pada rangkaian paralel, rangkaian terlihat lebih kompleks. Hal ini terjadi karena adanya percabangan pada rangkaian. Jadi, gak cuma akan terlihat satu kabel utuh aja.
Tapi, ada pembagian arah arus yang terjadi menuju hambatan yang letaknya gak lagi dalam satu garis lurus seperti rangkaian seri.

2. Perbedaan pada Komponen yang Dipakai
Bentuk susunan rangkaian seri dan paralel itu berbeda, karena jumlah dari komponen yang dipakai juga berbeda.
Jumlah hambatan yang diberikan kedua rangkaian ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Tapi, secara prinsip dibawah ini penjelasan dari komponen yang dipakai di kedua rangkaian, yaitu:
a. Komponen Seri Lebih Sedikit
Penggunaan komponen yang dipakai cuma sumber tegangan, kabel dan juga hambatan.
Kalo dalam kehidupan nyata, seperti sumber tegangan, saklar, kabel dan bohlam lampu sesuai kebutuhan.
b. Komponen Paralel Lebih Banyak
Buat rangkaian paralel mempunyai komponen dengan jumlah yang lebih banyak. Saklar yang lebih banyak dari pada di rangkaian seri, dan kabel yang lebih panjang juga.

3. Perbedaan pada Rumus Rangkaian Seri dan Paralel

Kuat Arus dalam Rangkaian Seri dan Paralel

Pada rangkaian seri jumlah muatan listrik yang mengalir di setiap hambatan yaitu sama. Jadi, hambatan pada satu titik akan sama dengan di titik yang lain.

Pada rangkaian paralel hitungan buat mencari rumusan kuat arus gak sama dengan dirangkaian seri. Tapi, kuat arus total pada rangkaian paralel yaitu hasil dari penambahan kuat arus yang ada pada hambatan.

Kuat Tegangan pada Rangkaian Seri dan Paralel

Dalam rangkaian seri, energi potensial akan beda antara satu titik dengan titik yang lain. Sedangkan, buat rangkaian paralel gak begitu.
Pada rangkaian seri, energi potensial atau tegangan gak bisa disamakan nilainya seperti cuma dengan kuat arus.
Pengukuran tegangan pada rangkaian paralel yaitu sama buat semua titik. Energi potensial total akan sama nilainya dengan energi potensial yang ada pada semua titik.

Besar Hambatan pada Kedua Rangkaian

Di rangkaian seri dan paralel, hambatannya bisa diketahui dengan melakukan perbandingan antara tegangan dan kuat arus listrik yang lewat suatu titik dalam satu rangkaian.
Rangkaian seri, jumlah hambatan total yaitu penjumlahan dari seluruh hambatan dalam rangkaian listrik.
Hambatan pada rangkaian listrik paralel gak sama antara satu titiknya. Hal ini terjadi karena, dalam rangkain listrik paralel terjadi percabangan.

Itu diatas tadi beberapa perbedaan yang mencolok dari sebuah rangkaian seri dan rangkaian paralel. Pakailah kedua rangkaian tersebut dengan bijaksana, efektif, dan efisien yahh....

Semoga Bermanfaat.....
#Tetap semangat belajar di rumah
#Ingat selalu protokol kesehatan dimanapun kita berada
#Salam Sehat dan Salam Prestasi
























































Friday, February 13, 2015

ANALISIS S-W-O-T (STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITY, THREATS)

1.     TABEL SWOT (KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN ANCAMAN)
SDN ...................................

NO.
STRENGTH
(KEKUATAN)
WEAKNESS
(KELEMAHAN)
OPPORTUNITY
(PELUANG)
THREATS
(ANCAMAN)
1
Tenaga pendidik memiliki kompetensi yang cukup memadai (sebagian besar berpendidikan S1).
Kurangnya tenaga administrasi sekolah. (tenaga perpustakaan)

Animo masyarakat (orang tua/wali) untuk menyekolahkan anaknya tinggi.
Adanya sekolah lain yang menjadi kompetitor.
2
Memiliki fasilitas gedung (sarana dan prasarana) yang memadai.
Kurangnya buku-buku referensi/pegangan bagi guru dan siswa.
Lingkungan yang cukup tenang, jauh dari kebisingan.
Minimnya dukungan dan partisipasi wali murid terhadap program-program sekolah.
3
Dana yang berasal dari BOS cukup memadai.
Motivasi belajar siwa rendah.

Sarana olahraga (lapangan) yang dekat dari sekolah.
Maraknya hiburan. (Internet, TV dan Games)
4
Letak sekolah yang cukup strategis.
Rendahnya kesadaran disiplin waktu bagi guru.
Adanya dana bantuan bagi siswa miskin (BSM) yang cukup banyak.
Minimnya pengawasan orang tua terhadap anaknya.

2.     TABEL ANALISIS SWOT (STRATEGI SO – WO – ST - WT) SDN ....................
NO.
STRATEGI SO
STRATEGI WO
STRATEGI ST
STRATEGI WT
1
Melalui tenaga pendidik yang berkompetensi dan didukung oleh sarana olahraga (lapangan) yang dekat dengan sekolah dapat dimanfaatkan untuk pencarian dan pengembangan bakat siswa di bidang olahraga.
Menambah tenaga administrasi (pustakawan) yang kompeten di bidangnya.



Menambah kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah.
Memberikan bea siswa bagi siswa berprestasi.
2
Lingkungan yang cukup tenang, jauh dari kebisingan, ditambah fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dan guru yang berkompetensi dapat dimanfaatkan untuk menempa peserta didik agar berprestasi di bidang akademis.
Guru menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang inovatif dan bervariasi untuk meningkatkan motivasi siswa.
Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan menyenangkan.
Mengadakan kegiatan outbond bagi siswa secara rutin setiap tengah semester.
3
Menjadi tuan rumah dalam kegiatan akademik maupun non akademik (olahraga, pramuka, dll).
Mengadakan trainning soft skill dan mentoring bagi guru.
Memberikan hadiah bagi siswa berprestasi tiap kelas pada akhir semester.
Melengkapi buku-buku referensi/pegangan dan koleksi buku perpustakaan, baik secara swadaya maupun pengajuan proposal ke Dinas Pendidikan.
4
Melakukan promosi ke Taman Kanak-kanak untuk mensosialisasikan sekolah dan menarik siswa.
Melakukan monitoring rutin terhadap kinerja seluruh guru dan karyawan.
Memberikan penghargaan khusus bagi siswa yang berprestasi di bidang non akademik (piala, piagam penghargaan, dsb).
Penataan ruang perpustakaan yang menarik yang dilengkapi dengan fasilitas multimedia sehingga membuat siswa betah belajar di perpustakaan.
5
 Mengundang alumni yang telah sukses untuk membantu pelaksanaan program sekolah.


Meningkatkan kepercayaan dan dukungan dari wali murid terhadap pendidikan anaknya dan program-program sekolah melalui silaturahmi dan sosialisasi.

3.     HASIL YANG DIHARAPKAN BERDASARKAN ANALISIS SWOT
Berdasarkan  analisis  di atas diharapkan mencapai hasil seperti di bawah ini:
Ø  Meningkatnya kualitas SDM pendidikan di SDN ...................
Ø  Meningkatnya semangat dan motivasi siswa SDN ................... untuk berprestasi.
Ø  Mengembalikan kepercayaan dan dukungan dari wali murid dan masyarakat sekitar terhadap pendidikan dan program-program sekolah ...................
Ø  Meningkatnya etos kerja yang jujur, ramah, disiplin, dan bertanggungjawab bagi seluruh wargga sekolah.





CONTOH DRAF WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)

Judul:
 “Pengelolaan Pembelajaran IPA dalam Penanaman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”. (Studi Kasus: SDN .................... Kecamatan.............. Kabupaten ............... Tahun Pelajaran ......../.........)

Nama Informan                      : .......................................................
Hari/tanggal Wawancara       : .......................................................
Alamat Informan                   : .......................................................
Jabatan                                   : ......................................................
Unit Kerja                              : .......................................................

Pewawancara:
Selamat pagi pak...
Informan:
Iya selamat pagi...
Pewawancara:   
Maaf pak sebelumnya, bolehkah saya berdiskusi (berbincang-bincang) dengan   Bapak?
Informan:
Iya. Silahkan...
Pewawancara:
Kita menyadari saat ini konsep “Pendidikan Karakter” sedang hangat dibicarakan untuk memperbaiki moral para generasi penerus bangsa ini. Pada kesempatan ini saya ingin mengetahui pandangan dan tanggapan serta pemikiran Bapak mengenai penerapan konsep “Pendidikan Karakter” pada pembelajaran IPA di SD. Apakah kiranya Bapak mau berbagi pemikiran dengan saya?
Informan:
Ouh...iya..iya..boleh...
Pewawancara:
Terimakasih Pak. Dapatkah bapak menyebutkan identitas lengkap Bapak? (Nama, Alamat, Jabatan, dan Unit kerja/Instansi)
Informan:
Iya, Boleh...                    (Identitas seperti tertulis diatas)
Pewawancara:   
Menurut Bapak apa saja tugas-tugas Bapak sebagai seorang guru, khususnya di sekolah dasar?
Informan:           
Mengajar, membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik. Sebagai guru di sekolah dasar lebih menekankan pada membekali anak didik khususnya dalam hal-hal mendasar untuk menuju masa dewasa/masa depannya kelak.
Pewawancara:
Sesuai dengan tema diskusi kita “penerapan pendidikan karakter pada pembelajarn IPA”, sebagai guru yang bertugas mengajar, model pembelajaran apa yang sering Bapak terapkan di kelas saat mengajar mapel IPA?
Informan:
Selama ini saya lebih sering menerapkan metode ceramah, diskusi kelompok, dan penugasan. Tetapi kadang-kadang juga divariasi dengan model eksperimen dan demonstrasi, ketika alat dan bahan untuk percobaan mudah didapatkan.

Pewawancara:
Dari metode-metode pembelajaran yang Bapak terapkan, kira-kira metode apa yang menurut Bapak efektif untuk digunakan mengajar IPA?
Informan:
Jika hanya disuruh untuk memilih satu model saja, saya kira kurang pas. Karena pada setiap mengajar metode apapun yang dipilih selalu membutuhkan metode ceramah. Kalau untuk mapel IPA itu idealnya menggunakan metode eksperimen,meskipun tidak terlepas dari metode ceramah untuk menjelaskan petunjuk praktek.
Pewawancara:   
Ouh..iya..iya Pak. Selain metode, dalam membuat rencana proses pembelajaran (RPP) juga harus menetapkan/memilih model pembelajaran, benar demikian Pak?
Informan:
Iya...baiknya demikian.
Pewawancara:
Jika saya boleh tau, menurut pendapat Bapak model pembelajaran yang bagaimana yang ideal untuk diterapkan mengajar IPA di SD?
Informan:
Jika menurut pendapat saya, karena anak usia SD itu masih pada taraf bermain sambil belajar dan membutuhkan sesuatu yang konkret/nyata untuk membantu mereka memahami konsep materi khususnya pada pelajaran IPA model CTL (Contextual Teaching and Learning) saya rasa sangat efektif.
Pewawancara:   
Apa yang Bapak ketahui tentang model pembelajaran CTL itu Pak?, (pengertiannya)
Informan:           
Setahu saya CTL itu model pembelajaran yang mengaitkan keadaan nyata/kondisi lingkungan sekitar sebagai salah satu sumber belajar, siswa mempunyai pengalaman secara langsung untuk menemukan atau sekedar membuktikan konsep materi yang ada pada mapel IPA, harapannya apa yang mereka peroleh akan bertahan lama di ingatan .
Pewawancara:
Oke. Lalu sistem penilaian yang bagaimana yang selama ini Bapak gunakan untuk menguji kemampuan/penguasaan siswa terhadap KD IPA?
Informan:
Yang lebih sering saya gunakan selama ini penilaian secara tes tertulis, namun saya rasa hanya tes tertulis saja itu belum cukup.
Pewawancara:
Lalu menurut Bapak bagaimana idealnya sistem penilaian pembelajaran IPA?
Informan:
Jika dikaitkan dengan model pembelajaran CTL, seharusnya sistem penilaian meliputi 3 aspek yaitu: penilaian proses (respon siswa selama pembelajaran berlangsung), penilaian akhir (tes tertulis), dan penilaian sikap (perubahan perilaku siswa sebagai dampak pengiring setelah pembelajaran selesai).
Pewawancara:
Oke. Jika dikaitkan dengan penanaman pendidikan karakter, menurut Bapak dapatkah sistem penilaian sikap digunakan sebagai salah satu upaya penanaman pendidikan karakter?, seperti yang Bapak kemukakan tadi bahwa sistem penilaian sikap sebagai perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran selesai.
Informan:
Iya..bisa, tetapi mungkin tidak secara langsung....

Pewawancara:
Oke, baiklah. Apakah selama ini Bapak sudah mencantumkan nilai-nilai karakter yang hendak Bapak selipkan di dalam RPP?
Informan:
Sudah.
Pewawancara:
Menurut pengetahuan Bapak, apakah sebenarnya definisi atau hakikat dari pendidikan karakter itu?
Informan:
Kalau menurut saya, pendidikan karakter itu proses mengubah atau membiasakan perilaku/sikap/kematangan emosi ke arah yang lebih baik hingga pada akhirnya terbentuklah pribadi siswa yang berakhlak mulia. Jadi pada pendidikan karakter ini siswa tidak hanya dituntut untuk pandai secara akademik (IQ) namun lebih menekankan pada aspek kecerdasan emosi dan spiritual.   
Pewawancara:
Kalau begitu dalam pendidikan karakter, misalnya nilai siswa dibidang akademik tidak memenuhi KKM tidak apa-apa asal dia berakhlak baik begitu?, Bagaimana menurut Bapak?
Informan:
Kalau itu tergantung bagaimana kebijakan sekolahan, tapi menurut saya siswa tetap harus memperoleh nilai akademik minimal KKM, jika belum mencapai KKM tapi dia berakhlak baik tetap diremidi. Namun demikian, kebaikan akhlak bisa dijadikan nilai plus untuk mempertimbangkan dalam pemberian nilai akhir (raport) siswa.
Pewawancara:
Ouh, begitu ya Pak. Menurut Bapak, sudahkah sekolahan Bpak ini menerapkan pendidikan karakter?
Informan:
Sudah, namun belum 100% terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pewawancara:
Oke. Jika belum terlaksana 100%, lalu sejauh mana kira-kira sekolah Bapak ini menerapkan pendidikan karakter?
(Sudahkah menyeluruh dari kelas 1-6?, sudahkah pendidikan karakter diterapkan pada semua mata pelajaran?)
Informan:
Iya sudah diterapkan dari kelas 1-6, namun menurut saya para guru belum secara terencana menyelipkan nilai-nilai karakter pada semua mata pelajaran meskipun nilai-nilai tersebut sudah tercantum di dalam RPP. Hanya mata pelajaran tertentu yang memang memuat nilai-nilai karakter seperti agama dan PKn, itu pun terkadang hanya disampaikan secara teori.
Pewawancara:
Menurut Bapak kenapa bisa begitu Pak, apa kendalanya?
Informan:
Para guru masih minim pengalaman untuk menciptakan pembelajaran yang memang didesain khusus untuk lebih menekankan pada nilai-nilai karakter.
Selain itu, karena para guru lebih dituntut untuk mengupayakan bagaimana siswanya mampu menguasai KD, sehingga mereka kurang memperhatikan/kurang fokus dalam menyelipkan nilai-nilai karakter. Lain dengan mapel agama dan PKn yang memang tujuan dasarnya untuk membentuk pribadi/akhlak yang mulia dan mengajarkan aturan-aturan/adat bersosialisasi yang baik dalam hidup bermasyarakat.


Pewawancara:
Lalu bagaimana upaya-upaya yang selama ini sudah dilakukan oleh para guru untuk menanamkan pendidikan karakter tersebut Pak? (Terintegrasi selama pembelajaran berlangsung atau membuat program kegiatan khusus/tersendiri diluar kegiatan pembelajaran)
Informan:
Dua-duanya, jadi ada yang diintegrasikan dalam pembelajaran dan ada pula yang melalui program-program kegiatan yang lain.
Pewawancara:
Bisa minta tolong jelaskan Pak, seperti apa gambaran pelaksanaan pembelajaran dan program kegiatan tersebut!
Informan:
Jika terintegrasi dalam proses pembelajaran misalnya: sebelum memulai pelajaran siswa disuruh melihat lingkungan tempat duduk sudah bersih, rapi, dan nyaman untuk belajar atau belum. Selain itu juga berdoa diawal kegiatan pembelajaran dan sebelum pulang. Guru memberikan teguran/penghargaan baik secara verbal maupun non verbal.
Jika contoh dalam kegiatan khusus misalnya: kotak amal rutin yang dilakukan seminggu sekali pada hari Senin, kegiatan pesantren kilat, praktek sholat, buka bersama, jum’at bersih, dan pramuka.
Pewawancara:
Oke. Lalu bagaimana respon siswa terhadap upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menanamkan pendidikan karakter tersebut, baik yang terintegrasi maupun yang terprogram? (positif/negatif)
Informan:
Respon dari siswa baik, sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan-kegiatan tersebut di atas dan pada saat pembelajaran berlangsung. Meskipun terkadang ada beberapa anak yang pasif, namun itu kami anggap sebagai hal yang wajar. Karena untuk mengubah karakter/tingkah laku itu bukanlah hal yang mudah. Perlu kesabaran dan kesinambungan untuk membiasakan siswa.
Pewawancara:
Baiklah Pak, sekarang jika dihubungkan dengan pembelajaran IPA, kira-kira nilai-nilai karakter apa saja yang dapat diintegrasikan ke dalam mapel IPA?
Informan:
Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, peduli sosial, kerja keras, suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama, hormat, santun, dan rendah hati.
Pewawancara:
Bagaimana kira-kira upaya yang Bapak lakukan untuk menyelipkan nilai-nilai karakter yang Bapak sebutkan tadi ketika mengajar IPA?
Informan:
Menggunakan model pembelajaran CTL untuk menyelipkan nilai karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, peduli lingkungan, peduli sosial,
Menggunakan model pembelajaran eksperimen untuk menyelipkan nilai karakter rasa ingin tahu.
Menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk menyelipkan nilai karakter suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama, hormat, santun, dan rendah hati.
Selain dengan upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru juga menerapkan teguran dan hukuman bagi siswa serta memberikan contoh/teladan bagi siswa. Misalnya dalam hal bertutur kata, bersikap dan berperilaku.
Pewawancara:
Bagaimana respon dari para siswa Pak?
Informan:
Respon dari siswa baik, sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pewawancara:
Bagaimana sistem penilaian yang Bapak lakukan untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai karakter tersebut melekat pada siswa?
Informan:
Aspek sosial menggunakan sosiometri dan pengamatan.
Aspek religius melalui pengamatan dan praktek sehari-hari.
Selain itu guru juga mengupayakan agar setiap anak mempunyai buku catatan khusus perkembangan anak, yang memuat aspek-aspek penilaian afektif.
Pewawancara:
Pernahkah Bapak/Ibu memberikan penghargaan atau hukuman terhadap siswa?. Dalam bentuk apa? (verbal/non verbal)
Informan:
Pernah. Verbal dan non verbal. Misalnya menegur siswa yang melakukan perilaku yang kurang sopan dan tidak sepantasnya. Menghukum siswa untuk berdiri di depan pintu karena tidak membawa buku pelajaran atau tidak mengerjakan PR. Memberikan tepuk tangan dan acungan jempol bagi siswa yang dapat menjawab atau mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Memberikan hadiah baik berupa material maupun non-material kepada siswa yang berprestasi.
Pewawancara:
Efektifkah penghargaan/hukuman itu untuk menanamkan pendidikan karakter?. Bisa minta tolong jelaskan alasannya Pak?
Informan:
Menurut saya efektif. Melalui penghargaan atau hukuman dapat merubah pandangan siswa terhadap pentingnya proses pembelajaran dan mengubah cara berpikir siswa, bahwa hal yang baik akan mendatangkan/mendapat respon yang baik dan sebaliknya.
Pewawancara:
Baiklah Pak...Saya kira cukup, terimakasih atas waktu dan kesediaan Bapak untuk berdiskusi dengan saya.
Informan:
Iya, sama-sama.