Translate

Friday, February 13, 2015

CONTOH DRAF WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)

Judul:
 “Pengelolaan Pembelajaran IPA dalam Penanaman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”. (Studi Kasus: SDN .................... Kecamatan.............. Kabupaten ............... Tahun Pelajaran ......../.........)

Nama Informan                      : .......................................................
Hari/tanggal Wawancara       : .......................................................
Alamat Informan                   : .......................................................
Jabatan                                   : ......................................................
Unit Kerja                              : .......................................................

Pewawancara:
Selamat pagi pak...
Informan:
Iya selamat pagi...
Pewawancara:   
Maaf pak sebelumnya, bolehkah saya berdiskusi (berbincang-bincang) dengan   Bapak?
Informan:
Iya. Silahkan...
Pewawancara:
Kita menyadari saat ini konsep “Pendidikan Karakter” sedang hangat dibicarakan untuk memperbaiki moral para generasi penerus bangsa ini. Pada kesempatan ini saya ingin mengetahui pandangan dan tanggapan serta pemikiran Bapak mengenai penerapan konsep “Pendidikan Karakter” pada pembelajaran IPA di SD. Apakah kiranya Bapak mau berbagi pemikiran dengan saya?
Informan:
Ouh...iya..iya..boleh...
Pewawancara:
Terimakasih Pak. Dapatkah bapak menyebutkan identitas lengkap Bapak? (Nama, Alamat, Jabatan, dan Unit kerja/Instansi)
Informan:
Iya, Boleh...                    (Identitas seperti tertulis diatas)
Pewawancara:   
Menurut Bapak apa saja tugas-tugas Bapak sebagai seorang guru, khususnya di sekolah dasar?
Informan:           
Mengajar, membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik. Sebagai guru di sekolah dasar lebih menekankan pada membekali anak didik khususnya dalam hal-hal mendasar untuk menuju masa dewasa/masa depannya kelak.
Pewawancara:
Sesuai dengan tema diskusi kita “penerapan pendidikan karakter pada pembelajarn IPA”, sebagai guru yang bertugas mengajar, model pembelajaran apa yang sering Bapak terapkan di kelas saat mengajar mapel IPA?
Informan:
Selama ini saya lebih sering menerapkan metode ceramah, diskusi kelompok, dan penugasan. Tetapi kadang-kadang juga divariasi dengan model eksperimen dan demonstrasi, ketika alat dan bahan untuk percobaan mudah didapatkan.

Pewawancara:
Dari metode-metode pembelajaran yang Bapak terapkan, kira-kira metode apa yang menurut Bapak efektif untuk digunakan mengajar IPA?
Informan:
Jika hanya disuruh untuk memilih satu model saja, saya kira kurang pas. Karena pada setiap mengajar metode apapun yang dipilih selalu membutuhkan metode ceramah. Kalau untuk mapel IPA itu idealnya menggunakan metode eksperimen,meskipun tidak terlepas dari metode ceramah untuk menjelaskan petunjuk praktek.
Pewawancara:   
Ouh..iya..iya Pak. Selain metode, dalam membuat rencana proses pembelajaran (RPP) juga harus menetapkan/memilih model pembelajaran, benar demikian Pak?
Informan:
Iya...baiknya demikian.
Pewawancara:
Jika saya boleh tau, menurut pendapat Bapak model pembelajaran yang bagaimana yang ideal untuk diterapkan mengajar IPA di SD?
Informan:
Jika menurut pendapat saya, karena anak usia SD itu masih pada taraf bermain sambil belajar dan membutuhkan sesuatu yang konkret/nyata untuk membantu mereka memahami konsep materi khususnya pada pelajaran IPA model CTL (Contextual Teaching and Learning) saya rasa sangat efektif.
Pewawancara:   
Apa yang Bapak ketahui tentang model pembelajaran CTL itu Pak?, (pengertiannya)
Informan:           
Setahu saya CTL itu model pembelajaran yang mengaitkan keadaan nyata/kondisi lingkungan sekitar sebagai salah satu sumber belajar, siswa mempunyai pengalaman secara langsung untuk menemukan atau sekedar membuktikan konsep materi yang ada pada mapel IPA, harapannya apa yang mereka peroleh akan bertahan lama di ingatan .
Pewawancara:
Oke. Lalu sistem penilaian yang bagaimana yang selama ini Bapak gunakan untuk menguji kemampuan/penguasaan siswa terhadap KD IPA?
Informan:
Yang lebih sering saya gunakan selama ini penilaian secara tes tertulis, namun saya rasa hanya tes tertulis saja itu belum cukup.
Pewawancara:
Lalu menurut Bapak bagaimana idealnya sistem penilaian pembelajaran IPA?
Informan:
Jika dikaitkan dengan model pembelajaran CTL, seharusnya sistem penilaian meliputi 3 aspek yaitu: penilaian proses (respon siswa selama pembelajaran berlangsung), penilaian akhir (tes tertulis), dan penilaian sikap (perubahan perilaku siswa sebagai dampak pengiring setelah pembelajaran selesai).
Pewawancara:
Oke. Jika dikaitkan dengan penanaman pendidikan karakter, menurut Bapak dapatkah sistem penilaian sikap digunakan sebagai salah satu upaya penanaman pendidikan karakter?, seperti yang Bapak kemukakan tadi bahwa sistem penilaian sikap sebagai perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran selesai.
Informan:
Iya..bisa, tetapi mungkin tidak secara langsung....

Pewawancara:
Oke, baiklah. Apakah selama ini Bapak sudah mencantumkan nilai-nilai karakter yang hendak Bapak selipkan di dalam RPP?
Informan:
Sudah.
Pewawancara:
Menurut pengetahuan Bapak, apakah sebenarnya definisi atau hakikat dari pendidikan karakter itu?
Informan:
Kalau menurut saya, pendidikan karakter itu proses mengubah atau membiasakan perilaku/sikap/kematangan emosi ke arah yang lebih baik hingga pada akhirnya terbentuklah pribadi siswa yang berakhlak mulia. Jadi pada pendidikan karakter ini siswa tidak hanya dituntut untuk pandai secara akademik (IQ) namun lebih menekankan pada aspek kecerdasan emosi dan spiritual.   
Pewawancara:
Kalau begitu dalam pendidikan karakter, misalnya nilai siswa dibidang akademik tidak memenuhi KKM tidak apa-apa asal dia berakhlak baik begitu?, Bagaimana menurut Bapak?
Informan:
Kalau itu tergantung bagaimana kebijakan sekolahan, tapi menurut saya siswa tetap harus memperoleh nilai akademik minimal KKM, jika belum mencapai KKM tapi dia berakhlak baik tetap diremidi. Namun demikian, kebaikan akhlak bisa dijadikan nilai plus untuk mempertimbangkan dalam pemberian nilai akhir (raport) siswa.
Pewawancara:
Ouh, begitu ya Pak. Menurut Bapak, sudahkah sekolahan Bpak ini menerapkan pendidikan karakter?
Informan:
Sudah, namun belum 100% terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pewawancara:
Oke. Jika belum terlaksana 100%, lalu sejauh mana kira-kira sekolah Bapak ini menerapkan pendidikan karakter?
(Sudahkah menyeluruh dari kelas 1-6?, sudahkah pendidikan karakter diterapkan pada semua mata pelajaran?)
Informan:
Iya sudah diterapkan dari kelas 1-6, namun menurut saya para guru belum secara terencana menyelipkan nilai-nilai karakter pada semua mata pelajaran meskipun nilai-nilai tersebut sudah tercantum di dalam RPP. Hanya mata pelajaran tertentu yang memang memuat nilai-nilai karakter seperti agama dan PKn, itu pun terkadang hanya disampaikan secara teori.
Pewawancara:
Menurut Bapak kenapa bisa begitu Pak, apa kendalanya?
Informan:
Para guru masih minim pengalaman untuk menciptakan pembelajaran yang memang didesain khusus untuk lebih menekankan pada nilai-nilai karakter.
Selain itu, karena para guru lebih dituntut untuk mengupayakan bagaimana siswanya mampu menguasai KD, sehingga mereka kurang memperhatikan/kurang fokus dalam menyelipkan nilai-nilai karakter. Lain dengan mapel agama dan PKn yang memang tujuan dasarnya untuk membentuk pribadi/akhlak yang mulia dan mengajarkan aturan-aturan/adat bersosialisasi yang baik dalam hidup bermasyarakat.


Pewawancara:
Lalu bagaimana upaya-upaya yang selama ini sudah dilakukan oleh para guru untuk menanamkan pendidikan karakter tersebut Pak? (Terintegrasi selama pembelajaran berlangsung atau membuat program kegiatan khusus/tersendiri diluar kegiatan pembelajaran)
Informan:
Dua-duanya, jadi ada yang diintegrasikan dalam pembelajaran dan ada pula yang melalui program-program kegiatan yang lain.
Pewawancara:
Bisa minta tolong jelaskan Pak, seperti apa gambaran pelaksanaan pembelajaran dan program kegiatan tersebut!
Informan:
Jika terintegrasi dalam proses pembelajaran misalnya: sebelum memulai pelajaran siswa disuruh melihat lingkungan tempat duduk sudah bersih, rapi, dan nyaman untuk belajar atau belum. Selain itu juga berdoa diawal kegiatan pembelajaran dan sebelum pulang. Guru memberikan teguran/penghargaan baik secara verbal maupun non verbal.
Jika contoh dalam kegiatan khusus misalnya: kotak amal rutin yang dilakukan seminggu sekali pada hari Senin, kegiatan pesantren kilat, praktek sholat, buka bersama, jum’at bersih, dan pramuka.
Pewawancara:
Oke. Lalu bagaimana respon siswa terhadap upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menanamkan pendidikan karakter tersebut, baik yang terintegrasi maupun yang terprogram? (positif/negatif)
Informan:
Respon dari siswa baik, sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan-kegiatan tersebut di atas dan pada saat pembelajaran berlangsung. Meskipun terkadang ada beberapa anak yang pasif, namun itu kami anggap sebagai hal yang wajar. Karena untuk mengubah karakter/tingkah laku itu bukanlah hal yang mudah. Perlu kesabaran dan kesinambungan untuk membiasakan siswa.
Pewawancara:
Baiklah Pak, sekarang jika dihubungkan dengan pembelajaran IPA, kira-kira nilai-nilai karakter apa saja yang dapat diintegrasikan ke dalam mapel IPA?
Informan:
Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, peduli sosial, kerja keras, suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama, hormat, santun, dan rendah hati.
Pewawancara:
Bagaimana kira-kira upaya yang Bapak lakukan untuk menyelipkan nilai-nilai karakter yang Bapak sebutkan tadi ketika mengajar IPA?
Informan:
Menggunakan model pembelajaran CTL untuk menyelipkan nilai karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, peduli lingkungan, peduli sosial,
Menggunakan model pembelajaran eksperimen untuk menyelipkan nilai karakter rasa ingin tahu.
Menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk menyelipkan nilai karakter suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama, hormat, santun, dan rendah hati.
Selain dengan upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru juga menerapkan teguran dan hukuman bagi siswa serta memberikan contoh/teladan bagi siswa. Misalnya dalam hal bertutur kata, bersikap dan berperilaku.
Pewawancara:
Bagaimana respon dari para siswa Pak?
Informan:
Respon dari siswa baik, sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pewawancara:
Bagaimana sistem penilaian yang Bapak lakukan untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai karakter tersebut melekat pada siswa?
Informan:
Aspek sosial menggunakan sosiometri dan pengamatan.
Aspek religius melalui pengamatan dan praktek sehari-hari.
Selain itu guru juga mengupayakan agar setiap anak mempunyai buku catatan khusus perkembangan anak, yang memuat aspek-aspek penilaian afektif.
Pewawancara:
Pernahkah Bapak/Ibu memberikan penghargaan atau hukuman terhadap siswa?. Dalam bentuk apa? (verbal/non verbal)
Informan:
Pernah. Verbal dan non verbal. Misalnya menegur siswa yang melakukan perilaku yang kurang sopan dan tidak sepantasnya. Menghukum siswa untuk berdiri di depan pintu karena tidak membawa buku pelajaran atau tidak mengerjakan PR. Memberikan tepuk tangan dan acungan jempol bagi siswa yang dapat menjawab atau mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Memberikan hadiah baik berupa material maupun non-material kepada siswa yang berprestasi.
Pewawancara:
Efektifkah penghargaan/hukuman itu untuk menanamkan pendidikan karakter?. Bisa minta tolong jelaskan alasannya Pak?
Informan:
Menurut saya efektif. Melalui penghargaan atau hukuman dapat merubah pandangan siswa terhadap pentingnya proses pembelajaran dan mengubah cara berpikir siswa, bahwa hal yang baik akan mendatangkan/mendapat respon yang baik dan sebaliknya.
Pewawancara:
Baiklah Pak...Saya kira cukup, terimakasih atas waktu dan kesediaan Bapak untuk berdiskusi dengan saya.
Informan:
Iya, sama-sama.



No comments:

Post a Comment