Translate

Wednesday, February 11, 2015

“TRANSFORMING EDUCATION: The Power Of ICT Policies” BAB 3 Studi Kasus: Singapura (Philip Wong)


RINGKASAN SINGKAT TENTANG NEGARA SINGAPURA 
       Singapura merupakan negara kecil yang luas wilayahnya ± 700 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta orang. Singapura merdeka pada tahun 1956, selama 44 tahun telah mencapai kemajuan ekonomi yang tinggi. Dengan sumber daya yang terbatas Singapura mampu meraih prestasi sebagai negara peringkat ke-3 dari 133 negara setelah Switzerland dan Amerika Serikat dalam Global Competitiveness Report (GCR). Pada tahun 2008 pendapatan bersih dalam negeri Singapura mencapai $ 257.000.000.000 (US $ 155 miliar) dan tingkat pengangguran 2,2%. Singapura mengikuti perkembangan teknologi dengan sangat cepat untuk lebih meningkatkan daya saing ekonomi global. Singapura membangun jaringan infrastruktur untuk mendukung industri, pendidikan, perusahaan komersial untuk mengembangkan dan memanfaatkan TIK berbasis layanan dan produk. 

RENCANA PENGEMBANGAN TIK BAGI PENDIDIKAN DI SINGAPURA 
       Sejak tahun 1997, Singapura telah meluncurkan 3 program TIK dalam Rencana Induk untuk Pendidikan. Masing-masing rencana mempunyai periode waktu lima tahun.

A. Rencana Induk TIK untuk Pendidikan ke-1 (MP1: 1997-2002) 

MP1 difokuskan pada peningkatan pendidikan melalui penggunaan TIK. 

1. Tujuan 
Terdapat empat tujuan menyeluruh dalam Rencana Induk yang pertama (Teo, 1997):
 a. Meningkatkan hubungan antara sekolah dan dunia di sekitarnya; 
b. Menghasilkan proses inovatif dalam pendidikan; 
c. Meningkatkan berpikir kreatif, belajar sepanjang hayat dan tanggung jawab sosial; 
d. Mempromosikan keunggulan administrasi dan manajemen dalam sistem pendidikan. 

2. Strategi Pelaksanaan 
Untuk membantu mencapai tujuan di atas, ada empat dimensi kunci yaitu: 
 a. Kurikulum dan Penilaian Perangkat TIK dimanfaatkan untuk membantu siswa bergeser dari model pembelajaran akuisisi ke model pembelajaran yang lebih tinggi (aplikasi, sintesis dan evaluasi). Sebagai contoh: internet, e-mail, dan video-konferensi digunakan oleh siswa Singapura untuk berkolaborasi dengan siswa di negara-negara anggota Organisasi Menteri-menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO). Target yang ditetapkan bagi sekolah untuk mengintegrasikan TIK ke dalam 30% dari waktu kurikulum.
b. Bahan dan Sumber Pembelajaran Software dan sumber berbasis web dikembangkan untuk memenuhi meningkatnya permintaan lingkungan belajar mengajar yang membutuhkan TIK. Portal Sumber Pendidikan Internet (IER) dikembangkan oleh Menteri Pendidikan untuk memberikan informasi pada website yang relevan untuk proses belajar mengajar bagi sekolah-sekolah. Menteri Pendidikan juga mendirikan pusat penjualan software untuk memberikan rekomendasi perangkat lunak yang sesuai untuk kurikulum lokal. 
c. Fisik dan Teknologi Infrastruktur Tujuannya adalah untuk memberikan akses internet yang memadai bagi guru dan siswa. Jaringan dikembangkan untuk menghubungkan semua sekolah dengan Menteri Pendidikan dan layanan internet. Target rasio kepemilikan komputer untuk guru adalah 2:1. Siswa, mahasiswa 2:1, sekolah dasar 6.6:1, sekolah menengah dan sekolah atas 5:1. Selain itu sekolah juga diberikan anggaran untuk membeli peralatan pendukung TIK lainnya dan untuk memperbaiki infrastruktur fisik sekolah. 
d. Pengembangan Sumber Daya Manusia Targetnya adalah untuk melengkapi semua guru di Singapura dengan keterampilan TIK yang diperlukan dan pengetahuan pedagogik yang berhubungan dengan TIK dalam proses belajar mengajar. Pelatih TIK memberikan pelatihan dasar cara mengoperasikan komputer dan menjalankan software bagi para guru. Pada pelatihan kedua pelatih mengajak peserta yang sudah menguasai materi pelatihan dengan baik untuk ikut menjadi pelatih. Hal ini dilakukan untuk menjangkau lebih dari 25.000 guru di Singapura. 

 3. Anggaran Belanja Anggaran yang diberikan oleh pemerintah untuk rencana yang pertama sebesar US $ 1,2 milyar selama kurun waktu 1997-2002. Jumlah ini mencakup anggaran untuk pembelian komputer, jaringan penuh sekolah, renovasi fisik, perangkat lunak, dan pelatihan bagi guru. Selain itu US $ 375 juta diberikan kepada sekolah untuk mengganti perangkat keras, mengembangkan perangkat lunak baru untuk belajar mengajar dan mengembangkan profesi guru. Jumlah tersebut diberikan selama lima tahun. Tetapi kenyataannya jumlah tresebut jauh lebih sedikit karena adanya penghematan biaya latihan, tender terbuka untuk pembelian dalam jumlah besar dan memperoleh biaya lebih murah melalui penawaran kompetitif. Jadi, jumlah realitas anggaran untuk MP1 akan lebih kecil dari yang dianggarkan. 

B. Rencana Induk TIK untuk Pendidikan ke-2 (2003-2008) 
MP2 difokuskan pada aplikasi pedagogik TIK, khususnya untuk menarik motivasi belajar siswa dan meningkatkan pengajaran serta pembelajaran. MP2 diluncurkan oleh Bapak Tharman Shanmugaratnam yang kemudian menjadi Menteri Pendidikan pada konferensi lokal di iThopia. 

1. Tujuan 
MP2 bertujuan mendorong efektifitas penggunaan TIK untuk meningkatkan struktur dan proses pendidikan. Hasil yang diinginkan oleh pemerintah dari MP2 ini antara lain: a. Siswa menggunakan TIK secara efektif untuk belajar aktif; b. Hubungan antara kurikulum, pengajaran, dan penilaian ditingkatkan dengan menggunakan TIK; c. Guru menggunakan TIK secara efektif untuk mengembangkan profesional dan kepribadian. d. Sekolah memiliki kapasitas dan kemampuan dalam menggunakan TIK untuk perbaikan sekolah; e. Ada penelitian yang aktif tentang TIK di bidang pendidikan; dan f. Ada infrastruktur yang mendukung penggunaan TIK secara luas dan efektif. 

2. Kerangka Konseptual 
Penerapan MP2 menggunakan pendekatan sistematis dan holistik yang membahas berbagai faktor yang saling berhubungan dalam proses KBM. Tujuan yang diharapakan adalah perubahan kurikulum, penilaian, pengembangan kapasitas guru, belajar siswa, infrastruktur sekolah dan budaya, kegiatan penelitian dan pengembangan yang mendukung penggunaan TIK dalam pendidikan. Lebih jelas tentang kerangka konseptual MP2 dapat dilihat pada peta konsep di bawah ini: 
 Sumber: Koh & Lee (2009:60) Gambar 1. Peta Konsep MP2 

 3. Strategi Pelaksanaan 
Melalui analisis realitas yang ada di sekolah dan hasil yang diinginkan, perlu beberapa prinsip untuk memandu pelaksanaan MP2 agar sesuai dengan target yang diharapakan. Target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada pelaksanaan MP2 dapat dilihat pada tabel berikut: 
Kondisi yang Ada
Target yang Diinginkan
TIK digunakan untuk mendukung kurikulum yang ada.
Ada integrasi TIK ke dalam kurikulum, mulai pada tahap perencanaan rancangan kurikulum.
Dominan menggunakan konten statis dalam bentuk cetak.
Dominan menggunakan penyimpanan konten digital yang dinamis.
Satu ukuran untuk semua pendekatan
Kemampuan yang beragam dalam menggunakan pendekatan.
Guru menunjukkan keterampilan dasar dan kompetensi dalam menggunakan TIK untuk mengajar.
Guru menunjukkan berbagai kompetensi dalam penggunaan TIK untuk mengajar.
Pendekatan bertahap dalam penerapan teknologi di sekolah.
Sekolah memiliki kepemilikan besar & bertanggung jawab dalam penerapan teknologi.
Standar teknologi untuk semua ketentuan
Teknologi fleksibel untuk semua ketentuan
Mengutamakan pelatihan yang berpusat pada kompetensi pedagogik guru.
Mengutamakan pelatihan yang berpusat pada kompetensi pedagogik siswa.
Tabel 1. Target yang Diinginkan Pemerintah pada MP2

       Untuk mewujudkan target di atas terdapat 5 program yang dikembangkan, yaitu: 
a. TIK dalam Kurikulum dan Penilaian Mengubah kurikulum pembelajaran yang hanya menerima informasi menjadi memproses informasi dan menciptakan pengetahuan. 
 b. Pengembangan Profesional Guru Pada MP2 menekankan pada kesesuaian. Sekolah diberi kewenangan untuk memutuskan jenis program pengembangan profesional yang dibutuhkan oleh para guru di sekolah tersebut. Bagi guru yang sudah profesional dituntut untuk berbagi dengan yang lain melalui kegiatan konferensi lokal maupun internasional., seminar dan lokakarya. 
c. Peningkatan Kapasitas Sekolah MP2 mendorong otonomi dan kepemilikan sekolah. Sekolah diberi kewenangan mengelola dana untuk membeli peralatan TIK dan mengembangkan infrastruktur yang disesuaikan dengan program TIK di sekolah tersebut. Untuk mengatur dan mengelola standar, Menteri Pendidikan menyediakan layanan konsultasi TIK. Tanggung jawab utama dari tim konsultasi adalah mendukung inisiatif sekolah dengan memberikan nasehat profesional. Misalnya tentang syarat teknis proyek, membantu sekolah dengan eksperimen teknologi baru. 
d. Pengembangan dan Penelitian Mempromosikan percobaan dengan menggunakan TIK yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Unit penelitian dan pengembangan dibentuk di Divisi Teknologi Pendidikan pada Kementrian Pendidikan. Unit ini difokuskan pada penelitian terapan yang menginformasikan praktek pegagogik di sekolah. 
e. Dukungan dan Infrastruktur Sekolah diberi kewenangan besar untuk meningkatkan infrastruktur TIK yang disesuaikan dengan kebutuhan. Strategi kunci yang dilakukan sekolah: • Meningkatkan akses internet • Meningkatkan jangkauan TIK, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah • Memberikan dukungan teknis yang lebih besar 

4. Anggaran Belanja 
MP2 diumumkan di iTopia pada tahun 2002, lalu diartikulasikan pada tahun 2003. Anggaran keseluruhan untuk MP2 (2003-2008) adalah $ 600 juta. $ 300 /siswa atau sekitar $ 450.000 /sekolah. Jumlah awal yang dianggarkan untuk tahun anggaran pertama (1 April - 31 Maret) 2003 dan 2004 adalah $120 juta. Anggaran ini dikhususkan untuk mengganti peralatan TIK, pengembangan infrastruktur TIK baru, pengembangan pusat-pusat pelatihan, pemilihan proyek-proyek percontohan TIK dalam kurikulum dan penilaian. 

 C. Rencana Induk TIK untuk Pendidikan ke-3 (2009-2014)
      MP3 diluncurkan oleh Menteri Pendidikan Dr. Ng Eng Hen, dalam upacara pembukaan Konferensi Internasional pada Belajar dan Mengajar dengan Teknologi pada Agustus 2008. MP3 difokuskan pada peningkatan bakat dan kemampuan (SDM) siswa dalam menggunakan TIK sebagai keterampilan di masa depan. 
1. Tujuan 
Sebagai kelanjutan dari visi Rencana Induk 1 dan 2, MP3 bertujuan memanfaatkan TIK untuk mengubah lingkungan belajar siswa. Menurut isi pidato Menteri Pendidikan terdapat 4 (empat) arah dan tujuan MP3, yaitu: a. Memperkuat kompetensi siswa untuk belajar mandiri. b. Pengalaman belajar langsung sesuai dengan cara belajar terbaik siswa. c. Mendorong siswa untuk lebih terlibat dalam memajukan belajarnya. d. Belajar dimana saja. 

Secara operasional untuk mencapai keterlibatan yang tertata dan menyeluruh dari pemangku kepentingan di sekolah, maka ditetapkan tujuan untuk siswa, guru, dan kepala sekolah (Teo, 2010) yang meliputi: 
 a. Siswa mengembangkan kompetensi untuk belajar mandiri dan kolaboratif melalui penggunaan TIK secara efektif dan menjadi pengguna TIK yang cerdas serta bertanggung jawab. 
b. Guru memperoleh kapasitas untuk merencanakan dan memberikan pengalaman belajar TIK bagi siswa. Sehingga siswa mampu belajar mandiri dan kolaboratif, serta membina siswa menjadi pengguna TIK yang cerdas dan bertanggung jawab. 
c. Kepala sekolah memberikan arahan dan menciptakan kondisi untuk memanfaatkan TIK dalam proses kegiatan belajar-mengajar. 
d. Infrastruktur TIK memungkinkan untuk mendukung untuk belajar kapan pun dan dimana pun. 

2. Strategi Pelaksanaan
Terdapat empat (4) strategi pelaksanaan MP3, yaitu: 
a. Memasukkan TIK ke dalam kurikulum Sebagai kelanjutan dari MP2 yang menggunakan TIK untuk model tradisional, MP3 bertujuan untuk mengintegrasikan TIK dalam kurikulum dan pengajaran. Perencanaan integrasi TIK dimulai dari tahap desain kurikulum dan penilaian, sehingga guru benar-benar mengingat apa yang akan ia lakukan pada proses pembelajaran TIK sebelum ia mengajar di kelas. 
b. Membangun kapasitas guru Peta pengembangan keprofesionalan secara komprehensif akan dikembangkan untuk guru dan kepala sekolah. Selain itu, guru khusus (spesialis) akan diidentifikasi dan digunakan untuk menyediakan kepemimpinan dalam aplikasi pedagogik TIK. 
c. Meningkatkan kegiatan berbagi penerapan/praktek terbaik dan inovasi/kiat-kiat untuk sukses. Mendorong untuk saling berbagi praktek terbaik dan penyebaran temuan dari penelitian. Hal ini melibatkan pengaturan jaringan laboratorium pendidikan di sekolah-sekolah yang terakreditasi baik serta laboratorium penelitian yang lebih tinggi. Seperti Institut Nasional Pendidikan. 
d. Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur Bergerak bersama meningkatkan tren bandwith (penyedia jaringan), meningkatkan kekuatan komputasi dan mengurangi biaya, meningkatkan lingkungan komputasi di rumah dan di sekolah sehingga memungkinkan untuk belajar kapan pun dan dimana pun. 

DASAR PEMIKIRAN KEBIJAKAN
       Kemauan politik Singapura untuk membuat Rencana Induk TIK bagi Pendidikan sangat kuat. Pemikiran kebijakan ini diluncurkan oleh Menteri Pendidikan pada tahun 1997, 2002, dan 2008. Dasar pemikirannya diawali dengan pidato dari mantan Perdana Menteri Goh Chok Tong bahwa TIK didukung oleh pemikiran politik tertinggi pada visi negara Singapura dalam menghadapai masa depan yaitu “SEKOLAH BERPIKIR, BANGSA BELAJAR” (Departemen Pendidikan,1997). 
       Untuk menghadapi masa depan yang sangat global harus mengurangi hambatan suatu negara untuk dapat berkompetisi, dan menciptakan pengetahuan. Kekayaan masa depan negara bergantung pada kapasitas warganya untuk belajar. Visi sekolah berpikir fokus pada pengembangan semangat siswa untuk belajar dan mampu berpikir kritis. Oleh karena itu perlu meninjau strategi dan kurikulum dalam pengajaran, pengenalan metode belajar yang inovatif seperti penggunaan TIK dalam proses pembelajaran. Visi bangsa belajar fokus pada pengembangan belajar sepanjang hayat sebagai budaya nasional, memperluas pembelajaran di luar sekolah untuk semua tahap kehidupan, terutama di kalangan tenaga kerja. 
       Selain di bidang pendidikan Singapura juga berkeinginan untuk memajukan bidang ekonomi. Dalam laporan Komite Restrukturisasi Ekonomi (ERC, 2003) dari Kementerian Perdagangan dan Industri merekomendasikan bahwa Singapura harus menjadikan dan meng-upgrade untuk membuat “... Singapura sebuah kota global terkemuka, berbakat, berani berusaha, dan inovatif” (ERC, 2003:5)

PROSES PERKEMBANGAN KEBIJAKAN 
       Rencana Induk TIK untuk Pendidikan merupakan petunjuk rencana kerja penggunaan teknologi dalam pendidikan. Setiap rencana menyediakan panduan untuk periode lima tahun. Beberapa deskripsi proses yang harus diikuti untuk melaksanakan kebijakan, antara lain: • Membentuk Komite yang Menjalankan Program/Rencana • Membentuk Sub Komite • Belajar dari Pelaksanaan Rencana Induk Sebelumnya • Tinjauan pustaka • Menyaring dan mempunyai pandangan yang luas (belajar dari negara lain) • Perjalanan studi • Kolaborasi industri dan umpan balik • Konsultasi dengan kementerian yang lain • Membuat proposal anggaran • Mengkomunikasikan rencana/kebijakan • Persetujuan dari pemimpin senior 

PROSES PERBAIKAN PEMERINTAH 
Kebijakan dasar politik pemerintah Singapura adalah meningkatkan kapasitas warga negara untuk dapat menyesuaikan diri dan berinovasi dalam belajar sepanjang hayat. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, pemerintah melakukan perbaikan di berbagai hal antara lain: • Kementerian Pendidikan • Kerjasama antar kementerian • Institut Pendidikan Tinggi • Industri TIK dan Organisasi-organisasi lainnya 

KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN 
Sesuai dengan visi negara Singapura “SEKOLAH BERPIKIR, BANGSA BELAJAR”, maka Rencana Induk disiapkan untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi siswa di masa depan. Selain itu, Menteri Pendidikan juga menghubungkan Rencana Induk TIK untuk meluncurkan inisiatif lain, yaitu: • TIK dalam Pendidikan Nasional • Menggunakan TIK di dalam kurikulum • Menyejajarkan Rencana Induk TIK dengan Rencana Komunikasi Internasional Singapura • Menyejajarkan Rencana Induk TIK dengan Rencana Media 

PENGAWASAN DAN EVALUASI 
Dua sumber informasi utama yang digunakan untuk mengukur pencapaian dari MP1 dan MP2 di Singapura adalah: evaluasi akhir dari Kementerian Pendidikan dan hasil dari studi perbandingan internasional. 

1. Evaluasi Akhir dari Kementerian Pendidikan 
a. Temuan-temuan dari Pelaksanaan MP1 • Siswa mempunyai keterampilan dasar untuk melengkapi proyek yang berdasarkan TIK atau penugasan. • Guru mempunyai kompetensi dasar TIK dan mau menggunakan TIK sebagai sarana mengajar. • Sekolah mempunyai infrastruktur dasar untuk menunjang proses belajar-mengajar yang berbasis TIK. • Sekolah-sekolah yang jarang melakukan latihan praktek menggunakan TIK yang bagus akan teridentifikasi. 
b. Temuan-temuan dari Pelaksanaan MP2 • Kesiapan dan kapasitas para guru untuk mengintregasikan TIK ke dalam kurikulum secara efektif menemui tantangan, khususnya pemahaman dan penerapan dari prinsip pedagogik dalam membuat desain pembelajaran yang berbasis TIK. • Mengintegrasikan TIK ke dalam kurikulum lebih baik dan lebih dibutuhkan daripada hanya menggunakan peralatan TIK. • Untuk mendukung inovasi, model dan metode lebih bervariasi dari penilaian yang menggabungkan penilaian proses yang nyata dengan penilaian keterampilan abad 21. • Ketersediaan dan kemudahan akses sumber digital merupakan komponen penting yang mendukung rencana induk, sekolah dan industri seharusnya mempunyai aturan main penting dalam mengembangkan sumber dan fokus pada satu pintu untuk mengembangkan kemudahan akses pada sumber tersebut. • Kepala sekolah harus memiliki kapasitas untuk mengarahkan ketersediaan dan menciptakan kondisi penggunaan TIK secara pedagogik di sekolahnya. Perangkat evaluasi diri dan pedoman disediakan sekolah untuk memfasilitasi pelaksanaan rencana induk. • Sekolah menerima dana yang cukup dan fleksibel untuk mengembangkan infrastrukturnya dan menggunakan dukungan teknik. • Sekolah membutuhkan dukungan lebih pada uji coba dengan TIK dan lebih berkesempatan untuk berbagi pengalaman. 

2. Studi Internasional 
Singapura berpartisipasi dalam studi internasional penggunaan TIK bagi pendidikan, masuk pada modul 1 SITES (Second Information Technology in Education Study) tahun 1998, dan modul 2 pada tahun 2000-2001. Studi OECD dari 2000-2001 dan SITES tahun 2006. SITES 2006 fokus pada ujian mengajar dan praktek belajar di sekolah pada 22 sistem pendidikan dan bagaimanadukungan TIK pada praktek ini. Hasil ini berdasarkan survei kepala sekolah, guru matematika dan sains kelas 8 untuk persepsi dan laporan mereka. Untuk merefleksikan hasil terbaru yang dicapai dari studi SITES 2006 telah disajikan (Law, Pelgrum dan Plomp, 2008). Difokuskan pada partisipasi Singapura untuk 21 sistem pendidikan lainnya.

No comments:

Post a Comment